Senin, 30 April 2012

Alkissah Tjetera yang Kedua

Kata sahibul-hikayat : ada sebuah negeri di tanah Andelas yang bernama Perlembang, mempunyai raja bernama Demang Lebar Daun dari anak cucu raja Sulan, ada sungai bernama Muara Tatang. Adapun negeri Perlembang tersebut yaitu kota Palembang saat ini. Dihulu Muara Tatang terdapat sebuah sungai bernama Melayu dan di sungai itu terdapat bukit yang bernama Siguntang Mahameru. Dan ada dua orang perempuan yang berladang, dia namanya Wan Empuk dan Wan Malini, dan mereka tinggal di bukit itu.
Saat malam Wan Empuk dan Wan Malini melihat diatas bukit ada cahaya seperti api, Wan Empuk dan Wan Malini pun takut dengan cahaya tersebut dan mereka tertidur. Pada siang hari, Wan Empuk dan Wan Malini pun mendatangi cahaya semalam itu. Ternyata cahaya itu adalah berubahnya padi mereka menjadi berbuah emas, berdaun perak, dan berbatang tembaga.
Bukit itu sekarang menjadi seperti emas, Wan Empuk dan Wan Malini melihat ada tiga orang laki-laki yang salah satu dari mereka menggunakan pakaian kerajaan, dan dua orang lainnya berdiri disampingnya dengan memegang pedang dan lembing. Wan Empuk dan Wan Malini pun heran melihat ketiga orang itu yang pakainnya bersih dan sikapnya yang baik, terus mereka berfikir, ”Gara-gara tiga orang ini, padiku berubah menjadi seperti emas.” Wan Empuk dan Wan Malini pun bertanya kepada mereka, “Siapakah kalian, dan kalian datang darimana? Dan apakah kalian jin atau peri kah? Karena sudah lama kami tidak melihat ada manusia datang kesini, baru sekarang kami melihat kalian disini.”
Ketiga orang itupun menjawab, “Kami bukan bangsa jin atau peri, kami ini manusia, kami anak cucu dari raja Iskandar Dzul-karnain, kami disuruh raja Nusirwan, raja Masyrik, dan raja Maghrib, dan pemimpin kami raja Sulaiman ‘alaihissalam dan nama kami Biatram Syah, ini Nila Pahlawan, dan yang ini Karna Pandita. Pedang ini namanya Curik Semandang, lembing ini namanya Lembuara, dan yang ini namanya cap kayu kempa yang digunakan untuk mengirim surat kepada raja.”

Wan Empuk dan Wan Malini pun berkata,” Jika kalian anak cucu dari raja Iskandar, kenapa kalian datang kesini?.” Nila Pahlawan pun menceritakan segala cerita raja Iskandar yang beristrikan anak raja Kida Hindi, dan peri raja suran yang masuk kedalam laut kepada Wan Empuk dan Wan Malini. Wan Empuk dan Wan Malini pun bertanya,”Apa alamatnya yang dimaksud disini?” Sahut mereka, “Benar, disinilah alamatnya, jika kalian tidak percaya akan kata saya, itulah tandanya kami kesini, dan padi kalian berbuah emas, berdaun perak, dan berbatangkan tembaga, dan tanah di bukit ini menjadi seperti emas.”
Maka Wan Empuk dan Wan Malini pun percaya dengan kata ketiga orang itu, mereka pun senang, dan mereka pun dibawa kerumahnya. Keesokan harinya, padipun di tuai, dan keduanya menjadi kaya raya. Dengan kuasa Allah, lembu yang biasa mereka naiki melahirkan manusia yang kemudian diberi nama Bat. Kemudian Nila Pahlawan dan Karna Pandita dikawinkan dengan Wan Empuk dan Wan Malini. Kemudian melahirkan anak yang laki-laki diberi nama Baginda Awang dan yang perempuan bernama Baginda Dana.

0 komentar:

Posting Komentar