Kata
sahibul-hikayat : ada sebuah negeri di tanah Andelas yang bernama Perlembang,
mempunyai raja bernama Demang Lebar Daun dari anak cucu raja Sulan, ada sungai
bernama Muara Tatang. Adapun negeri Perlembang tersebut yaitu kota Palembang
saat ini. Dihulu Muara Tatang terdapat sebuah sungai bernama Melayu dan di
sungai itu terdapat bukit yang bernama Siguntang Mahameru. Dan ada dua orang
perempuan yang berladang, dia namanya Wan Empuk dan Wan Malini, dan mereka
tinggal di bukit itu.
Saat
malam Wan Empuk dan Wan Malini melihat diatas bukit ada cahaya seperti api, Wan
Empuk dan Wan Malini pun takut dengan cahaya tersebut dan mereka tertidur. Pada
siang hari, Wan Empuk dan Wan Malini pun mendatangi cahaya semalam itu.
Ternyata cahaya itu adalah berubahnya padi mereka menjadi berbuah emas, berdaun
perak, dan berbatang tembaga.
Bukit
itu sekarang menjadi seperti emas, Wan Empuk dan Wan Malini melihat ada tiga
orang laki-laki yang salah satu dari mereka menggunakan pakaian kerajaan, dan
dua orang lainnya berdiri disampingnya dengan memegang pedang dan lembing. Wan
Empuk dan Wan Malini pun heran melihat ketiga orang itu yang pakainnya bersih
dan sikapnya yang baik, terus mereka berfikir, ”Gara-gara tiga orang ini,
padiku berubah menjadi seperti emas.” Wan Empuk dan Wan Malini pun bertanya
kepada mereka, “Siapakah kalian, dan kalian datang darimana? Dan apakah kalian
jin atau peri kah? Karena sudah lama kami tidak melihat ada manusia datang
kesini, baru sekarang kami melihat kalian disini.”
Ketiga
orang itupun menjawab, “Kami bukan bangsa jin atau peri, kami ini manusia, kami
anak cucu dari raja Iskandar Dzul-karnain, kami disuruh raja Nusirwan, raja
Masyrik, dan raja Maghrib, dan pemimpin kami raja Sulaiman ‘alaihissalam dan
nama kami Biatram Syah, ini Nila Pahlawan, dan yang ini Karna Pandita. Pedang
ini namanya Curik Semandang, lembing ini namanya Lembuara, dan yang ini namanya
cap kayu kempa yang digunakan untuk mengirim surat kepada raja.”
Wan
Empuk dan Wan Malini pun berkata,” Jika kalian anak cucu dari raja Iskandar,
kenapa kalian datang kesini?.” Nila Pahlawan pun menceritakan segala cerita
raja Iskandar yang beristrikan anak raja Kida Hindi, dan peri raja suran yang
masuk kedalam laut kepada Wan Empuk dan Wan Malini. Wan Empuk dan Wan Malini
pun bertanya,”Apa alamatnya yang dimaksud disini?” Sahut mereka, “Benar,
disinilah alamatnya, jika kalian tidak percaya akan kata saya, itulah tandanya
kami kesini, dan padi kalian berbuah emas, berdaun perak, dan berbatangkan
tembaga, dan tanah di bukit ini menjadi seperti emas.”
Maka
Wan Empuk dan Wan Malini pun percaya dengan kata ketiga orang itu, mereka pun
senang, dan mereka pun dibawa kerumahnya. Keesokan harinya, padipun di tuai,
dan keduanya menjadi kaya raya. Dengan kuasa Allah, lembu yang biasa mereka
naiki melahirkan manusia yang kemudian diberi nama Bat. Kemudian Nila Pahlawan
dan Karna Pandita dikawinkan dengan Wan Empuk dan Wan Malini. Kemudian
melahirkan anak yang laki-laki diberi nama Baginda Awang dan yang perempuan
bernama Baginda Dana.
0 komentar:
Posting Komentar